Behind The Scene Film Pendek Berjudul Ironi Keadilan

13.08 Teater Ideot 0 Comments






0 komentar:

Malang Strudel Open Casting Pemain Sitkom Malang Melintang 2

08.44 Teater Ideot 0 Comments



Setelah sukses dengan sitkom Malang Melintang 1. Kali ini Malang Strudel siap mengguncang Malang Raya dengan membuat sitkom "Malang Melintang 2". Nantinya kalian akan langsung dicasting oleh artis-artis ibukota seperti Panji Syahputra, Puadin Redi, Reza Aditya, dan Teuku Wisnu!
Apakah kamu yang kami cari??

1. Umur 10-55 Tahun
2. Bisa berakting
3. Laki-laki/wanita
4. Warga Malang/luar kota Malang
5. Daftar online di www.malangstrudel.com/daftar
6. Upload video aktingmu, durasi maksimal 1 menit di Instagram dengan hashtag #malangmelintangsiktom dan mention akun @malangmelintangsitkom

Pendaftaran ditutup pada tanggal 28 September 2018!
Jadilah bintang di sitkom Malang Melintang 2!
(NB: Open casting ini gratis dan tidak dipungut biaya sama sekali)

Informasi lebih lanjut hubungi:
Ajeng: 081333977622
Ulfi : 081333788011

0 komentar:

PENDAFTARAN WORKSHOP ACTING & CASTING FILM: SUDAH DITUTUP!

21.29 Teater Ideot 0 Comments

DENGAN SEGALA PUJI SYUKUR KE HADIRAT ALLAH S.W.T:
PENDAFTARAN PESERTA WORKSHOP ACTING & CASTING FILM "BIDADARI LAYAR EMAS" TELAH MEMENUHI KUOTA!
Dengan demikian PENDAFTARAN dinyatakan DITUTUP!!!
UNTUK PARA PENDAFTAR, MULAI HARI INI SILAHKAN CEK EMAIL ANDA, untuk PENGISIAN FORMULIR & BERKAS PENDAFTARAN.
Terima kasih atas sambutan dan dukungan dari semua pihak!
(Humas: YANTI CHUNG)
Tegalgondo, 10-7-2018

0 komentar:

UPDATE INFORMASI PENDAFTARAN WORKSHOP ACTING & CASTING FILM

09.10 Teater Ideot 0 Comments

UPDATE INFORMASI!!!
Diberitahukan kepada khalayak:
bahwa Jumlah Calon Peserta WORKSHOP ACTING & CASTING FILM Judul: "BIDADARI LAYAR EMAS"
(Dedicated for RAESITA DEWI)
Karya & Sutradara: NAWIR HAMZAH
Produksi: Salah Satu Stasiun TV Nasional Jakarta
(bekerja sama dengan WARNA Communication)

Sampai hari ini: JUMAT, 6-7-2018 # Jam: 10.55
Yang telah mendaftar, mencapai angka: 72 orang!
Jika kuota peserta sudah mencapai 100 orang, maka pendaftaran akan DITUTUP!
Terima kasih, atas segala atensi dan sambutannya!
Salam Teater!
Salam Budaya!



(Tegalgondo, 6-7-2018_Yanti)

0 komentar:

INFO LENGKAP WORKSHOP ACTING & CASTING FILM

10.24 Teater Ideot 0 Comments

INFO LENGKAP!!!
Tentang WORKSHOP ACTING & CASTING FILM
Silahkan menyiapkan dan mendaftarkan diri bagi yang berminat!
INGAT baik-baik tanggal pendaftaran dan tanggal Pelaksanaannya!
Salam Budaya!
Ttd.
(Divisi Humas & Publikasi)

0 komentar:

Yang Gress dari Teater IDEōT!!! Untuk Malang Raya & Kota-kota sekitarnya di Jawa Timur!!! (Humas - TI)

04.48 Teater Ideot 0 Comments


0 komentar:

PENDAFTARAN ANGGOTA BARU TEATER IDEoT (Angkatan ke-2 2018): TINGGAL 19 hari lagi (Humas Teater IDEoT)

12.03 Teater Ideot 0 Comments

PENDAFTARAN ANGGOTA BARU TEATER IDEoT (Angkatan ke-2 2018): TINGGAL 19 hari lagi
(Humas Teater IDEoT)

0 komentar:

REKRUTMEN ANGGOTA BARU ANGKATAN KE 2 TAHUN 2018

08.33 Teater Ideot 0 Comments


0 komentar:

REKRUTMEN TEATER IDEOT ANGKATAN KE-2 TAHUN 2018

09.19 Teater Ideot 0 Comments


0 komentar:

LIKE or NO-LIKE

17.27 Teater Ideot 0 Comments

Tiba-tiba saja, saya mendapat WA dari beberapa orang (mereka ada yang sahabat saya, teman biasa, atau bahkan ada yang cuma kenal karena sama-sama ada di satu grup WA).

Dalam chatingan WA itu mereka meminta saya supaya “nge-Like” mereka pada sebuah instagram “tertentu” untuk sebuah “perebutan” status “tertentu” dalam sebuah lomba/pemilihan/kontestasi/atau apa lagilah namanya.
(Sengaja tidak saya sebutkan nama atau istilah dari kepentingannya, untuk menghindari terjerat ‘aturan main’ dunia maya, yang kadang bisa membuat celaka).

Bayangkan, beberapa orang, sekaligus minta saya melakukan “hal yang sama”. Nge-Like, untuk sebuah pencapaian/ pemenangan dalam perebutan status ‘tertentu’ itu.

Gila!
Saya jadi tak habis pikir lagi. Zaman apa ini namanya?
Apakah benar ini adalah era “zaman now”, dimana logika hidup sudah ‘kacau balau’ dan tak lagi bisa dipahami oleh logika akal sehat dan logika sebab-akibat yang ‘alamiah’.

Untuk meraih sebuah ‘status’ keterpilihan dari sebuah persaingan, perebutan, pemilihan, atau kontestasi, orang sudah tak lagi mengandalkan “kualitas” yang sebenarnya. Namun, hal itu dibangun dengan sebuah ‘penggalangan’ dukungan, yang diperoleh dengan cara ‘meminta-minta’ dukungan, bahkan kadang terasa sebagai sebuah upaya ‘pengemisan’, demi untuk meraih harapan ‘keterpilihan’.

Ini memang bukan hal yang baru, tapi jika hal ini terus-terusan digalakkan, maka ‘kemajuan zaman’ macam apa yang sedang kita ciptakan?

Sungguh, saya merasa, bahwa demi untuk sebuah “popularitas” dan ‘kemenangan’ dalam kontestasi, maka “manusia-manusia yang sudah melegitimasi dirinya sebagai generasi zaman now”, telah benar-benar menghambakan dirinya ‘dalam rekayasa teknologi’.

Manusia, telah rela untuk ‘meminta-minta’ di-Like sebagai pengakuan akan sosok yang dianggap ‘berprestasi’, dan ‘menyediakan dirinya’ sebagai komoditas yang dihitung dengan ‘jumlah akses’ yang sebetulnya cuma sebagai hitungan ‘kuantitas’ dari sebuah ‘akumulasi’ bisnis on-line.

Maka, saya minta maaf kepada semua pihak yang telah menghubungi saya untuk melakukan “hal gila” itu, tapi saya tak melakukannya.

Sebab, saya masih ingin menjadi ‘manusia yang waras’ secara logika akal sehat, dan tak ingin ikut nimbrung ‘main akal-akalan’ seperti itu.

Sungguh, saya sama sekali tak punya hak untuk melarang semua perilaku itu dilakukan oleh siapa saja, tapi saya juga cuma meminta, agar Anda semua, yang setuju akan ‘upaya’ akal-akalan yang penuh ‘kepura-puraan’ itu, juga tidak “melarang” saya untuk tidak bersepakat dengan semua itu.

Semua orang berhak melakukan apa saja, termasuk saya juga berhak untuk tidak “menuruti” perminta nge-Like “kalian” yang telah mengirim permintaan kepada saya.

Jangan karena saya tak menuruti perminta kalian semua (yang tentunya telah mengirimkan permintaan kepada saya) lantas, hubungan kita menjadi ‘terganggu” karena itu.

Selebihnya, ya terserah kalianlah.
Semoga, pertemanan, persahabatan, atau per….an yang lainnya, tak ‘terdestruksi’ oleh pernyataan saya ini.
Sungguh, maafkan saya!

(Tentang Teater & Kehidupan – Pasal 13)
MOEHAMMAD SINWAN

0 komentar:

TEATER sebagai SENI PERTUNJUKAN versus TEATER sebagai INDUSTRI KREATIF

10.54 Teater Ideot 0 Comments



Ketika negeri ini tiba-tiba merasa memiliki ‘kesadaran’ baru akan “arus” industri kreatif, maka seperti sedang memacu kuda untuk berlari kencang mengejar ‘perasaan ketertinggalan’ , gerakan pemberdayaan industri kreatif pun menjadi ‘mengarus deras’.

Sedikit-sedikit bicara soal indsutri kreatif.
Sedikit-sedikit membuat segala upaya sebagai bagian dari industri kreatif.
Sehingga, seakan-akan semua yang ada dan tumbuh dalam kehidupan ini adalah menjadi ranah industri kreatif.

Industri kreatif menjadi slogan dan spirit gerakan, dalam rangka sebuah upaya untuk pemberdayaan hidup atas nama ‘mensejahterakan bangsa’ dan mengindustrikan segala potensi bangsa.

Sayangnya, semangat industri kreatif menjadi begitu kebablasan, sehingga hal-hal yang sebetulnya tidak ‘pas’; tidak ‘matching’ atau tidak pada bingkainya, dipaksakan dalam koridor ‘industri kreatif’.

Tak semua yang ada dalam hidup ini bisa dikalkulasi secara ‘industri’. Seperti contoh ‘teater’ misalnya.
Tak semua aktivitas teater merupakan aktivitas industri.
Tak semua kelompok teater adalah komunitas-komunitas industri.
Dan tak semua kehidupan berteater adalah kehidupan industri.

Namun, mengapa syahwat “industrialisasi” telah memandang seakan-akan semua lini kerja kreatifitas merupakan asset dan komoditas industri.

Teater memang salah satu bidang seni yang ‘bisa jadi’ merupakan pekerjaan yang bisa mendatangkan uang.
Tapi, mengkalkulasi, menyikapi, bahkan memprospek teater sebagai bagian dari industri kreatif adalah langkah dan sikap yang terlalu “mematerialisasi” kesenian.

Tak semua urusan dalam hidup itu bisa dibawa ke ranah ‘materialisme’.
Meski dalam kehidupan ini tak ada yang bisa terbebas dari membutuhkan uang, namun ‘nuansa keberuangan’ tak boleh meluluh-lantakkan esensi seni yang pada hakikat bukan ‘material’, namun lebih pada estetika atau keindahan.

Tak semua bisa dibeli dengan uang. Dan tak semua kebahagian atau keindahan itu selalu berkaitan erat dengan uang.
Maka, menyikapi fenomena ‘seni teater’ dengan cara pandang orang dagang, mengkalkulasi potensi kelompok teater sebagai ‘naluri industri’, sungguh itu merupakan cara pandang dan perilaku yang ‘serampangan’, ngawur, dan tanda kurangnya nilai ‘kebijakan’.

Semua kelompok teater memang pasti punya cita-cita menjadi professional.
Semua orang teater pasti juga memiliki harapan bisa hidup layak dari keberteaterannya.
Pementasan-pementasan teater pastilah diharapkan bisa menghasilkan uang.
Dan berproses teater itu sendiri sesungguh juga tak bebas dari membutuhkan biaya produksi yang berupa “uang”.

Namun, sekali lagi, menyikapi sebuah ‘pementasan’ teater sebagai asset atau komoditas perilaku industri, sungguh itu  telah mendangkalkan hal yang bernilai ‘non-materi’ menjadi ‘material’ sekali.

Tapi, jika kita mampu dengan tepat menjaga proporsi, dan mampu menyikapi dengan benar bagaimana teater mesti harus dikelola, dan pentas teater harus ‘disentuh’ dengan manajemen bisnis yang “profitable”, di situlah kita akan bisa berharap bahwa seni teater kita akan menjadi tumbuh dan berkembang secara professional dan proporsional.

Berteater memang butuh uang, namun jangan sampai dengan uang kita mengukur ‘kualitas’ keberteateran kita.
Sebaliknya, biarlah ‘kualitas’ keberteateran (karya teater) kita, yang akan menentukan (menyebabkan) uang mendatangi kita.

Teater adalah ‘seni pertunjukan’ yang memberikan nilai-nilai indah dalam kehidupan kita.
Bukan sebaliknya, teater adalah bagian dari syahwat ‘industrialisasi’ kreativitas kita, yang hanya akan menjadikan kualitas berteater kita menjadi dangkal karena “uang oriented” yang menjadi ‘akidah’ keberteateran kita.

Boleh bersepakat, atau tak bersepakat sama sekali…
Semua adalah pilihan!


(Tentang Teater & Kehidupan – Pasal 12)
MOEHAMMAD SINWAN

0 komentar:

Teater adalah salah satu jalan untuk “menjadi berguna”

09.34 Teater Ideot 0 Comments



Banyak di antara kita yang pada akhrinya kehilangan kesungguhan, kehilangan semangat, kehilangan spirit, dan pada akhirnya kehilangan minat untuk berteater.

Banyak pula di antara kita, yang sampai saat ini masih ‘bertahan’ untuk berteater, tetapi mulai kehilangan arah, kehilangan komitmen, kehilangan kebermaknaan, dan kehilangan daya juang, karena mulai kehilangan “esensi” dalam memandang dan menjalani “apa itu teater”.

Teater itu bergantung bagaimana kita memandang dan menyikapinya. Ia akan menjadi penting jika kita memandang dan memaknainya sebagai hal ‘penting’. Dan ia akan menjadi tak penting, jika kita menganggap memang tak penting dalam kehidupan kita.

Namun, menurut hemat saya, sebagai orang-orang yang telah terlanjur ‘menyemplungkan’ diri dalam “dunia unik dan eksentrik” yang bernama teater ini, semestinya kita tidak salah dalam menyikapi dan menjalani kehidupan berteater kita sendiri.

Teater adalah salah satu jalan bagi kita untuk “menjadi berguna”.

Siapa yang berbuat untuk hal-hal yang ‘berguna’, maka sesungguhnya dia sedang membangun “kebergunaan kehidupannya”.

(Tentang Teater & Kehidupan – Pasal 11)
MOEHAMMAD SINWAN

0 komentar:

Teater adalah tempat untuk “menciptakan kebahagiaan bersama” (1)

06.25 Teater Ideot 0 Comments


Teater bukan tempat untuk mencari ‘kesenangan’, tapi teater adalah tempat untuk ‘menciptakan kebahagiaan bersama’.

Maka, teater itu harus membahagiakan.
Dan kebahagiaan itu harus diciptakan.
Sebab kebahagiaan itu bukan sesuatu yang bisa diraih dari sekedar pencarian.
Namun ia hadir sebagai sebab dari sebuah kerja keras atau perjuangan.

Dan kebahagian dalam teater itu harus tercipta dalam ‘kebersamaan’, artinya:
Bahwa kebahagiaan dalam teater itu harus bisa dirasakan secara bersama-sama.

Jika dalam peristiwa sebuah pementasan: kebahagiaan para pelaku teater akan didapat jika para penonton merasa ‘bahagia’, karena terpuaskan dari pementasan yang telah ditontonnya.

Jika dalam proses latihan: maka kebahagian pelatih akan dirasakannya, jika para peserta merasa bahagia dan puas karena latihannya menarik, berkualitas, dan penuh kebermaknaan.

Singkat kata, kebahagiaan itu harus diciptakan, bukan dicari.

Kebahagiaan bersama itu akan tercipta, jika semua pihak berhasil terbahagiakan.
Dan teater itu adalah tempat menciptakan kebahagian, dan bukan tempat orang-orang pencari kesenangan.

Sebab para pencari kesenangan itu adalah orang-orang yang memiliki pandangan:
bahwa ‘kesenangan’ itu harus dicari
sebab kesenangan itu letaknya di luar diri mereka

Dan para pencari kesenangan itu adalah orang yang tak memiliki konsistensi, sebab:
Mereka hanya akan ‘datang’ jika kesenangan bisa dirasakan.
Dan mereka akan ‘pergi’ jika rasa senang, tak bisa mereka dapatkan.

Jika, “Teater bukan tempat untuk mencari kesenangan, namun teater adalah tempat untuk menciptakan kebahagiaan bersama”: apakah kita masih akan berteater hanya untuk ‘bersenang-senang’ belaka?■


(Tentang Teater & Kehidupan – Pasal 10)
MOEHAMMAD SINWAN

0 komentar:

Teater itu bukan ‘agama’ atau pun ‘Ideologi’!

05.40 Teater Ideot 0 Comments





Memang, teater itu bukan ‘agama’.
Tapi jangan sampai teater menjauhkan kita dari urusan-urusan agama.

Dan memang juga, teater itu bukan ‘ideologi’.
Maka jangan sampai dengan berteater kita kehilangan ‘ideologi’ dan tak berani ‘beridealisasi’.

Teater, memang bisa jadi, hanya salah satu cara bagi hidup kita agar ‘bermakna’ dan ‘berguna’.
Selebihnya, teater tak berlebihan, jika kita pilih sebagai ‘jalan’ untuk berbuat kebaikan-kebaikan, atau bahkan untuk mencari ‘kebenaran’ dalam kehidupan kita.

Sebab, teater adalah salah satu bentuk seni.
Sementara menurut Imam Al-Ghazali, bahwa ada empat pintu menuju kebenaran, dan salah satunya adalah ‘seni’.


(Tentang Teater & Kehidupan – Pasal 9)
MOEHAMMAD SINWAN

0 komentar:

LATIHAN TEATER itu lebih penting dari PENTAS TEATER

11.13 Teater Ideot 0 Comments


Sebab Pentas Teater itu adalah hasil dari Latihan
Sebab kualitas Pentas Teater itu sangat bergantung dari kualitas latihan

Sebab meremehkan latihan itu sama dengan meremehkan eksistensi Pementasan
Sebab menyia-nyiakan latihan itu sangat berbanding lurus dengan meremehkan calon penonton yang bakal diundang

Jika kita sadar bahwa tak ada kesuksesan yang bisa dicapai dengan ‘ketaksungguhan’, kenapa kita masih enjoy dengan sikap yang ogah-ogahan?

Sungguh, Latihan Teater itu jauh lebih penting dari hasrat sebuah Pementasan!
Jika kita sudah bisa ‘mementingkan’ latihan, maka pementasan-pementasan kita pun akan selalu “memuaskan”!

(Tentang Teater & Kehidupan – Pasal 6)
MOEHAMMAD SINWAN

0 komentar:

TEATER adalah SENI PERTUNJUKAN

01.16 Teater Ideot 0 Comments



Sebagaimana marwahnya, "teater" adalah "sebuah pertunjukan" yang harus "menakjubkan" bagi penontonya. Dan bukan sekedar upaya bermain-main pada "wilayah gagasan atau metode", atau “gede pada isu gagasan dan metode", sementara ketika hadir sebagai pementasan "lebih cenderung" mengecewakan penontonnya.

Pentas Teater itu juga bukanlah "gerakan kesenian" yang mengejar "sensasional", tapi ia adalah "sebentuk pertanggungjawaban moral" dari sebuah proses dan pilihan hidup yang telah kita yakini.






Salah satu adegan drama monolog: 
"TERSESAT DI JALAN 
  BERSIMPANG"

Produski: 
Teater IDEōT

Naskah/Sutradara:  
MOEHAMMAD SINWAN
 
Aktor:  
AGUS FAUZI
21 Desember 2015:
Di Gedung Laboratorium Drama – UM
23 Desember 2015:
Di Gedung Cak Durasim – Taman Budaya
Surabaya




0 komentar: