LIKE or NO-LIKE

17.27 Teater Ideot 0 Comments

Tiba-tiba saja, saya mendapat WA dari beberapa orang (mereka ada yang sahabat saya, teman biasa, atau bahkan ada yang cuma kenal karena sama-sama ada di satu grup WA).

Dalam chatingan WA itu mereka meminta saya supaya “nge-Like” mereka pada sebuah instagram “tertentu” untuk sebuah “perebutan” status “tertentu” dalam sebuah lomba/pemilihan/kontestasi/atau apa lagilah namanya.
(Sengaja tidak saya sebutkan nama atau istilah dari kepentingannya, untuk menghindari terjerat ‘aturan main’ dunia maya, yang kadang bisa membuat celaka).

Bayangkan, beberapa orang, sekaligus minta saya melakukan “hal yang sama”. Nge-Like, untuk sebuah pencapaian/ pemenangan dalam perebutan status ‘tertentu’ itu.

Gila!
Saya jadi tak habis pikir lagi. Zaman apa ini namanya?
Apakah benar ini adalah era “zaman now”, dimana logika hidup sudah ‘kacau balau’ dan tak lagi bisa dipahami oleh logika akal sehat dan logika sebab-akibat yang ‘alamiah’.

Untuk meraih sebuah ‘status’ keterpilihan dari sebuah persaingan, perebutan, pemilihan, atau kontestasi, orang sudah tak lagi mengandalkan “kualitas” yang sebenarnya. Namun, hal itu dibangun dengan sebuah ‘penggalangan’ dukungan, yang diperoleh dengan cara ‘meminta-minta’ dukungan, bahkan kadang terasa sebagai sebuah upaya ‘pengemisan’, demi untuk meraih harapan ‘keterpilihan’.

Ini memang bukan hal yang baru, tapi jika hal ini terus-terusan digalakkan, maka ‘kemajuan zaman’ macam apa yang sedang kita ciptakan?

Sungguh, saya merasa, bahwa demi untuk sebuah “popularitas” dan ‘kemenangan’ dalam kontestasi, maka “manusia-manusia yang sudah melegitimasi dirinya sebagai generasi zaman now”, telah benar-benar menghambakan dirinya ‘dalam rekayasa teknologi’.

Manusia, telah rela untuk ‘meminta-minta’ di-Like sebagai pengakuan akan sosok yang dianggap ‘berprestasi’, dan ‘menyediakan dirinya’ sebagai komoditas yang dihitung dengan ‘jumlah akses’ yang sebetulnya cuma sebagai hitungan ‘kuantitas’ dari sebuah ‘akumulasi’ bisnis on-line.

Maka, saya minta maaf kepada semua pihak yang telah menghubungi saya untuk melakukan “hal gila” itu, tapi saya tak melakukannya.

Sebab, saya masih ingin menjadi ‘manusia yang waras’ secara logika akal sehat, dan tak ingin ikut nimbrung ‘main akal-akalan’ seperti itu.

Sungguh, saya sama sekali tak punya hak untuk melarang semua perilaku itu dilakukan oleh siapa saja, tapi saya juga cuma meminta, agar Anda semua, yang setuju akan ‘upaya’ akal-akalan yang penuh ‘kepura-puraan’ itu, juga tidak “melarang” saya untuk tidak bersepakat dengan semua itu.

Semua orang berhak melakukan apa saja, termasuk saya juga berhak untuk tidak “menuruti” perminta nge-Like “kalian” yang telah mengirim permintaan kepada saya.

Jangan karena saya tak menuruti perminta kalian semua (yang tentunya telah mengirimkan permintaan kepada saya) lantas, hubungan kita menjadi ‘terganggu” karena itu.

Selebihnya, ya terserah kalianlah.
Semoga, pertemanan, persahabatan, atau per….an yang lainnya, tak ‘terdestruksi’ oleh pernyataan saya ini.
Sungguh, maafkan saya!

(Tentang Teater & Kehidupan – Pasal 13)
MOEHAMMAD SINWAN

0 komentar: